Friday, 30 October 2015

MENYELESAIKAN MASALAH ASAP DENGAN PARADIGMA SEHAT




            Masalah bencana kabut asap selalu terjadi dari tahun ke tahun selama 18 tahun terakhir ini. Anehnya kejadian itu selalu berulang dan terus berulang dari satu tahun ke tahun berikutnya. Kabut asap tidak hanya dirasakan oleh warga negara yang tinggal di wilayah NKRI namun dampaknya juga dirasakan oleh warga yang tinggal bertetangga dengan wilayah NKRI seperti Malaysia dan Singapura. Di film Upin Ipin produksi Malaysia yang setiap hari ditonton anak-anak kita ada istilah “Jerebu” yang kalau dicermati itu sebenarnya merupakan tamparan bagi kita. Anak-anak kecil di Malaysia saja tahu urusan kabut asap, mereka pasti bertanya kepada Cikgu dan orang tuanya di rumah darimana asal kabut asap tersebut ? Jawabannya adalah salah satunya dari pembakaran hutan dan lahan. Setiap hari di layar televisi kita disuguhi pemandangan asap putih yang menyelimuti lingkungan tempat tinggal masyarakat, gambar masyarakat mengenakan masker di mana-mana dan yang paling membuat hati kita miris setiap hari ada saja korban asap yang berjatuhan dari penduduk baik orang dewasa terutama anak-anak.
            Dampak kabut asap sangatlah menyengsarakan masyarakat terutama dari segi kesehatan. Bagi masyarakat yang terdampak sangatlah tidak mengenakkan. Penulis kebetulan pernah merasakan dampaknya saat masih bertugas di Kalsel sebagai Dokter PTT tahun 2005-2007. Saat  dihirup udara pernafasan terasa panas dan menyesakkan, di dada, hidung dan tenggorokan terasa sakit dan mata berair. Jarak pandang saat itu tinggal 20m, di seberang sana hanya nampak lampu kendaraan berwarna kuning diselimuti asap putih, wujud kendaraan di seberang sudah tidak nampak. Perjalanan ke kota yang seharusnya hanya 1 jam molor menjadi 2 jam karena kendaraan tidak bisa berjalan cepat khawatir bertabrakan dengan kendaraan lain. Saat itu saya berfikir inilah yang dinamakan kabut asap dan inilah yang sering dialami penduduk di wilayah lain yang sering terdampak kabut asap.
Dampak kabut asap yang lain sangatlah merugikan. Dunia penerbangan terutama karena menyebabkan jarak pandang terbatas maka sangatlah riskan menerbangkan pesawat dalam kondisi yang demikian. Transportasi masyarakat juga terganggu, pendeknya jarak pandang membuat masyarakat enggan bepergian ke luar rumah karena kendaraannya tidak dapat melaju cepat khawatir bertabrakan dengan kendaraan di depannya.
Kabut asap juga berdampak terhadap dunia pendidikan. Kondisi udara yang tidak sehat apalagi berbahaya menyebabkan pemerintah meliburkan sekolah yang ada di lingkungan terdampak kabut asap. Anak-anak tidak bisa bersekolah selama jangka waktu yang belum dapat ditentukan. Kabut asap telah mengganggu proses belajar mengajar dan ini dapat berdampak pada kualitas SDM kita di masa datang. Anak-anak tidak bisa lagi bermain bebas ke luar rumah, banyak orang mengeluh tidak bisa melihat indahnya sinar mentari pagi.
Dampaknya terhadap lingkungan apalagi. Karena kebakaran hutan ini banyak spesies hewan maupun tumbuh-tumbuhan musnah dan menjadi semakin langka. Contohnya orang utan, gajah sumatera, harimau sumatera, beruang madu dan aneka tumbuhan yang tidak sempat melarikan diri saat bencana kebakaran hutan dan lahan terjadi. Wilayah Indonesia merupakan kawasan hutan hujan tropis yang seharusnya kita pelihara dengan baik. Hutan tropis di Indonesia adalah paru-paru dunia, posisinya sangat strategis dalam menjaga iklim di dunia. Dapat dibayangkan bila hutan tropis ini rusak bagaimana kelangsungan hidup umat manusia di seluruh dunia.
Penyebab kabut asap adalah adanya kebakaran hutan dan lahan di musim kemarau. Kejadian ini selalu berulang dan berulang dari tahun ke tahun yang berbeda hanyalah jumlah titik apinya yang berubah setiap waktu dari tahun ke tahun. Intinya adalah kebakaran hutan dan lahan merupakan penyebab bencana kabut asap di Indonesia. Mengapa bisa terjadi kebakaran hutan dan lahan di Indonesia ? Selain masalah topografis Indonesia berada di lahan gambut juga karena kelalaian manusia. Kenapa disebut kelalaian manusia ? Karena manusia berlebihan dalam memanfaatkan sumber daya alam hingga di luar ambang batas kemampuan alam untuk menjaga keseimbangannya. Keseimbangan alam harus kita jaga. Kita tidak boleh mengeksploitasi SDA secara berlebihan sehingga terganggu keseimbangannya. Bila sudah melebihi ambang batas maka tunggu saja bencana demi bencana akan silih berganti terjadi di negara kita padahal itu sebenarnya bisa kita cegah!
Naluri alamiah manusia adalah bisa memenuhi kebutuhannya dengan cara mengolah SDA namun hal tersebut menjadi berbahaya saat naluri manusia berubah menjadi tamak dan rakus ingin mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya dari hasil pengolahan SDA tersebut. Ini harus kita cegah, banyak lembaga dan LSM lingkungan seperti WALHI sudah menyerukan tentang adanya kerusakan alam di seluruh Indonesia terutama yang akibat ulah tangan manusia. Bila nafsu serakah ini sulit dikendalikan maka aneka himbauan ini menjadi tidak bermakna lagi. Etika bisnis pun ditinggalkan yang penting bisa meraup keuntungan sebesar-besarnya tanpa mempedulikan kerugian dan kesengaraan orang lain. Itu adalah tugas pemerintah untuk memberi regulasi bagaimana cara mencegah terjadinya pelanggaran etika bisnis oleh para pengusaha. Juga dengan perangkat hukum seharusnya bisa memberi efek jera bagi para pengusaha yang mengakibatkan kerusakan alam.
Bukankah aturan hukumnya sudah jelas ?  Ada UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di situ disebutkan bahwa lingkungan hidup yang sehat merupakan hak setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28 H Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan bahwa pembangunan ekonomi  nasional sebagaimana diamanatkan UUD 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Tinggal bagaimana penegakan hukumnya yang harus dipertegas lagi!
Pembangunan ekonomi di Indonesia hendaknya berpedoman pada Pembangun Berkelanjutan (Sustainable Development). Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan” (Sumber Wikipedia). Pembangunan yang sekarang sedang marak adalah pembangunan yang hanya bersifat sementara. Dengan tuntutan globalisasi, Indonesia mengikuti perkembangan jaman tanpa melihat prospek kedepan. Perkembangan masyarakat yang serba instan dan asal jadi, budaya konsumtif telah mendarah daging pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Sedang sebenarnya, hakikat pembangunan adalah pembangunan yang berkelanjutan yang tidak parsial, instan dan pembangunan kulit. Maka, dengan adanya konsep Sustainable Development yang kemudian disebut SD akan berusaha memberikan wacana baru mengenai pentingnya melestarikan lingkungan alam demi masa depan, generasi yang akan datang (Nurdiana Rafsanjani)
Bagi para pengusaha harus dijaga etika dalam berbisnis. Dalam melakukan usaha harus diupayakan mendapatkan keuntungan “tanpa” merugikan pihak lain. Bukankah kita ingin usaha kita berkelanjutan (sustainable) hingga bisa diwariskan ke anak cucu ? Para  pengusaha bisa membuat produk yang ramah lingkungan (Eco Friendly) artinya dalam proses produksinya dari hulu hingga ke hilir selalu memperhatikan masalah kelestarian alam mungkin itu salah satu solusinya.
Berbicara masalah paradigma sehat definisinya adalah cara pandang  atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan  melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas  sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan  terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit. Untuk itu  diterapkan  konsep hidup sehat H.L Blum. Yakni  derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi  faktor lingkungan, gaya hidup, pelayanan kesehatan  dan faktor genetik. Dengan tujuan  mencapai derajat sehat yang optimal, sehingga perlu adanya suatu indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat,   yang telah dirumuskan dalam keputusan menteri kesehatan Nomor 1202/ MENKES/SK/VIII/2003.
Dalam definisi tersebut disebutkan bahwa faktor  lingkungan turut mempengaruhi kesehatan manusia. Jika lingkungan hidup tercemar maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat di wilayah itu. Upaya–upaya dalam mengatasi masalah kesehatan tidak hanya dengan kuratif (mengobati) namun juga perlu tindakan promotif dan preventif (pencegahan). Program kesehatan yang menekankan upaya kuratif adalah merupakan “Health program for survival”, sedangkan yang menekankan pada upaya promotif dan preventif merupakan “Health Program for human development”. Paradigma sehat dicanangkan Depkes pada tanggal 15 September 1998.
Bila hal ini diterapkan dalam penanggulangan asap maka selain kuratif (upaya memadamkan asap oleh pemerintah dan jajarannya) perlu upaya preventif dan promotif. Upaya promotif dan preventif yang dapat dilakukan pemerintah dapat berupa sosialisasi UU Ada UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup kepada para pengusaha. Mungkin selama ini ada di antara mereka yang belum mengetahui UU tersebut dan tidak  mengetahui kalau membuka lahan bisa dilakukan tanpa membakar tapi bisa dengan mekanisasi ? Juga perlu sosialisasi cara mengolah lahan tanpa membakar oleh Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) dan pihak-pihak terkait. Dapat diterapkan reward dan punishment kepada para pengusaha.
 Bila selama  ini punishment belum terlalu efektif diberlakukan maka perlu dilakukan hal sebaliknya. Untuk pengusaha yang telah menerapkan Eco Friendly dalam proses produksinya harus kita berikan reward (penghargaan) dan diumumkan di media massa nasional. Bila dapat mempertahankan reward tersebut dalam waktu bbrp tahun maka akan mendapat reward yang lebih besar. Dengan hal tersebut maka para pengusaha akan terpacu untuk melakukan upaya-upaya untuk penyelamatan lingkungan. Upaya penanggulangan kebakaran lahan harus dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Perangkat pemadam kebakaran dan kampanye penanggulangan kebakaran lahan harus diterapkan kepada semua perusahaan. Bagi para pengusaha yang wilayah konsesinya tidak terbakar selama 3 tahun  berturut-turut akan mendapat reward sebagai perusahaan dengan pengelolaan lingkungan yang baik, hal ini merupakan tugas dan kewenangan Kenetrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.  Juga dapat diberikan insentif untuk para pengusaha dalam berbagai bentuk. Jadi terdapat kemitraan antara pemerintah dan para CEO Perusahaan  untuk menyelamatkan lingkungan. Bila ingin usahanya langgeng di negeri ini maka para CEO Perusahaan harus mengikuti aturan tersebut.
Demikian pula untuk masyarakat yang tinggal di sekitar hutan harus diajarkan untuk menjaga kelestarian hutan. Bila kesadaran masyarakat rendah saat ada orang menyuruh untuk membakar lahan dg tujuan tertentu maka mereka akan dengan senang hati melakukannya karena ada imbalan yang diterima. Dengan melestarikan hutan maka akan berdampak baik pada mata pencaharian penduduk dan lingkungan tempat tinggalnya.
Upaya penanggulangan kebakaran lahan tidak cukup hanya dengan melakukan pemadaman. Bila itu dilakukan setiap tahun dan terus menerus maka berapa biaya  yang harus ditanggung pemerintah ? Energi pemerintah akan cepat habis untuk mengatasi bencana yang seharusnya bisa dicegah. Mudah-mudahan hal ini dapat menjadi sedikit sumbangsih dalam menyelesaikan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Dan semoga Tuhan selalu melindungi dan memberi kemudahan bagi hambanya yang selalu menjaga kelestarian alam. Aamiin YRA..

Founder  Gerakan Hidup Bersih dan Sehat


dr. Bintari Wuryaningsih, SE


Monday, 21 September 2015

DOKUMENTASI KEGIATAN KOMUNITAS GERAKAN HIDUP BERSIH DAN SEHAT



Kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan GHBS dan dokumentasinya :
1.       Memberikan edukasi tentang pentingnya cuci tangan dan membuang sampah yang benar dengan sasaran anak usia PAUD, TK, SD, Pondok Pesantren, Ibu-ibu PKK dan pengajian di wilayah Banyuwangi dan sekitarnya. 








2.       Ikut mendukung program MDS lewat sosialisasi pengolahan sampah yang baik di lingkungan sekitar kepada Ibu-ibu Dasawisma wilayah Banyuwangi dan sekitarnya juga kepada Bapak-bapak Tukang Becak di Kelurahan Tamanbaru





3.       Talkshow di radio tentang Manfaat Bank Sampah saat Peringatan Hari Sampah Nasional 2014 dan 2015.


4.       dr. Bintari Wuryaningsih selaku pendiri dan pelopor Komunitas GHBS telah menjadi provider program Berobat Membayar Sampah bekerja sama dengan Bank Sampah Banyuwangi.




5.       Menyelenggarakan Workshop Daur Ulang Sampah menjadi barang-barang yang berguna untuk Ibu-ibu PKK di wilayah kelurahan Tamanbaru.



6.       Menggelar sosialiasasi mengenai pembiasaan hidup bersih dan sehat yang dikemas dengan cara yang menarik seperti demo cuci tangan bersama Dokter Kecil wilayah Banyuwangi, menggelar operet PHBS dengan mendatangkan artis cilik dari Yogya.






7.       dr. Bintari juga menjadi Narasumber dalam Seminar Recycle dengan tema “Mewujudkan Lingkungan yang Bersih dan Sehat dengan Daur Ulang Sampah” di STIKOM PGRI Banyuwangi.



8.       Untuk memperingati HUT GHBS yang pertama dan sekaligus peringatan hari Kartini  GHBS menggelar Pameran IKM serta Demo Memasak Makanan Sehat Bekal Anak Sekolah. Demo masak ini bertujuan memberikan informasi kepada orang tua murid dan guru-guru mengenai pentingnya memberikan bekal sekolah yang sehat dan bergizi tinggi beserta cara mengolahnya dengan cara yang menarik bagi anak dan keluarga. Demo Masak ini  dipandu oleh Chef Reza dari Hotel Santika Banyuwangi



LOGO GERAKAN HIDUP BERSIH DAN SEHAT



Makna Logo GHBS:

1.   Gambar anak-anak artinya : Hidup Sehat dimulai sejak Usia Dini
2.   Gambar bak sampah organik dan anorganik berarti anak-anak sudah bisa membuang sampah di   
     tempatnya serta memilah sampah menjadi sampah organik dan anorganik
3.  Gambar keran air dan dan gambar cuci tangan artinya hidup sehat diawali dari hal-hal kecil yg  
     sering kita lakukan dalam keseharian kita misalnya mencuci tangan dg sabun dan air bersih dan 
     membuang sampah pada tempatnya


Saturday, 19 September 2015

GERAKAN HIDUP BERSIH DAN SEHAT DARI BANYUWANGI


               Berawal dari keprihatinan akan perilaku masyarakat yang belum memahami hidup bersih dan sehat,  Komunitas Gerakan Hidup Bersih dan Sehat dideklarasikan di Kabupaten  Banyuwangi pada tanggal 28 Februari 2014. Memang tidak mudah untuk merubah perilaku masyarakat. Perubahan perilaku tidak bisa dihasilkan dalam waktu yang singkat. Meskipun demikian harus ada seseorang atau sekelompok orang yang tetap menyerukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Contohnya adalah perilaku membuang sampah pada tempatnya dan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih.  Meskipun kelihatan sepele namun kedua hal tersebut bila dijalankan secara konsisten dan dibiasakan sejak usia dini akan bisa merubah perilaku masyarakat menjadi lebih baik. Apabila sejak usia dini anak-anak dibiasakan untuk hidup bersih dan sehat maka saat dewasa ia sudah akan terbiasa berperilaku hidup bersih dan sehat. Memang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ini perlu dilatih dan dibiasakan sejak  usia dini.
                Seiring perkembangan globalisasi dan epidemiologi penyakit, persoalan kesehatan akibat perilaku dan gaya hidup manusia semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya pada pelayanan kesehatan justru faktor lingkungan dan rekayasa kependudukan wajib diperhatikan. Karena itu, gerakan perubahan perilaku sehat masyarakat harus digalakkan. Bagi para tenaga medis, merubah perilaku sehat masyarakat adalah sebuah keharusan. Berdasar penelitian perilaku memiliki andil 30 – 35 % terhadap derajat kesehatan publik. Dari fakta ini maka diperlukan berbagai upaya mengubah perilaku masy arakat yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dicanangkan oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI.
                Menurut dr. Bintari Wuryaningsih pendiri Gerakan Hidup Bersih dan Sehat (GHBS) awalnya mereka geregetan melihat perilaku masyarakat sekitar yang masih sering membuang sampah sembarangan. Di mana-mana terpampang tulisan dilarang membuang sampah sembarangan, bahkan sampai hukuman denda bagi yang melanggarnya namun tetap saja masih banyak yang membuang sampah tidak di tempatnya. Mereka seolah tidak peduli terhadap bahaya sampah bagi kesehatan dan dampaknya terhadap lingkungan. Akhirnya kami membuat gerakan untuk merubah perilaku masyarakat sekitar agar lebih peduli pada kesehatan pribadi dan peduli pada kebersihan lingkungan.
                Informasi mengenai kesehatan bukan hanya milik para petugas kesehatan namun milik semua orang. Setiap orang memiliki hak untuk hidup sehat tanpa terkecuali. Selama ini masih banyak masyarakat yang awam akan informasi kesehatan, seringkali mereka berobat ketika sudah parah. Padahal bila diketahui secara dini penyakit akan lebih mudah disembuhkan dan lebih efisien biaya pengobatannya. Istilahnya lebih baik mencegah daripada mengobati.
                Visi GHBS adalah membantu pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Sehat lewat penerapan PHBS dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan misi GHBS adalah membantu terwujudnya Indonesia Sehat lewat semboyan GHBS: “Hidup Sehat dimulai dari diri sendiri, sejak usia dini, dimulai dari hal-hal kecil, SEKARANG JUGA....!!!”
Anggota komunitas ini sudah mencapai ratusan orang, kebanyakan bergabung dari media sosial. Tidak hanya para petugas kesehatan seperti dokter, perawat, bidan, petugas Puskesmas dll, anggota komunitas ini juga berasal dari berbagai kalangan mulai guru, mahasiswa, karyawan swasta, PNS, ibu-ibu PKK dan lain-lain. Intinya kami memulai dari hal-hal kecil seperti sosialiasasi pentingnya cuci tangan dan membuang sampah pada tempatnya.
                Komunitas ini juga bersinergi dengan komunitas-komunitas lain untuk saling mendukung, contohnya bersinergi dengan Gerakan Merdeka Dari Sampah Banyuwangi (MDS Banyuwangi). GHBS ikut mensukseskan program-program MDS dengan cara ikut mensosialisasikan program Bank Sampah ke ibu-ibu PKK wilayah Banyuwangi dan sekitarnya, menyelenggarakan workshop pengolahan sampah menjadi barang-barang yang bernilai sertai menjadi provider dalam program Berobat Membayar Sampah yang bekerja sama dengan Bank Sampah Banyuwangi. Caranya masyarakat menabung sampah di Bank Sampah Banyuwangi lewat Bank Sampah Unit masing-masing. Uang hasil menabung sampah tersebut bisa digunakan untuk berobat di Klinik Berobat Membayar Sampah yang beralamat di Jalan Agus Salim No. 53 Banyuwangi. Hanya dengan membawa buku tabungan BSB warga bisa berobat dengan gratis.
                Tujuan dari GHBS adalah untuk memasyarakatkan hidup bersih dan sehat terutama menghindari penularan penyakit kepada masyarakat yang lain. Kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan antara lain :
1.       Memberikan edukasi tentang pentingnya cuci tangan dan membuang sampah yang benar dengan sasaran anak usia PAUD, TK, SD, Pondok Pesantren, Ibu-ibu PKK dan pengajian di wilayah Banyuwangi dan sekitarnya.
2.       Ikut mendukung program MDS lewat sosialisasi pengolahan sampah yang baik di lingkungan sekitar kepada Ibu-ibu Dasawisma wilayah Banyuwangi dan sekitarnya.
3.       Talkshow di radio tentang Manfaat Bank Sampah saat Peringatan Hari Sampah Nasional 2014 dan 2015.
4.       dr. Bintari Wuryaningsih selaku pendiri dan pelopor Komunitas GHBS telah menjadi provider program Berobat Membayar Sampah bekerja sama dengan Bank Sampah Banyuwangi.
5.       Menyelenggarakan Workshop Daur Ulang Sampah menjadi barang-barang yang berguna untuk Ibu-ibu PKK di wilayah kelurahan Tamanbaru.
6.       Menggelar sosialiasasi mengenai pembiasaan hidup bersih dan sehat yang dikemas dengan cara yang menarik seperti demo cuci tangan bersama Dokter Kecil wilayah Banyuwangi, menggelar operet PHBS dengan mendatangkan artis cilik dari Yogya.
7.       dr. Bintari juga menjadi Narasumber dalam Seminar Recycle dengan tema “Mewujudkan Lingkungan yang Bersih dan Sehat dengan Daur Ulang Sampah” di STIKOM PGRI Banyuwangi.
8.       Untuk memperingati HUT GHBS yang pertama dan sekaligus peringatan hari Kartini  GHBS menggelar Pameran IKM serta Demo Memasak Makanan Sehat Bekal Anak Sekolah. Demo masak ini bertujuan memberikan informasi kepada orang tua murid dan guru-guru mengenai pentingnya memberikan bekal sekolah yang sehat dan bergizi tinggi beserta cara mengolahnya dengan cara yang menarik bagi anak dan keluarga. Demo Masak ini akan dipandu oleh Chef Reza dari Hotel Santika Banyuwangi
               
Harapan kami semoga masyarakat mendapatkan manfaat dari keberadaan GHBS ini di Indonesia dan mudah-mudahan GHBS dapat terus eksis hingga tercapai visi dan misinya membantu pemerintah mewujudkan Indonesia Sehat lewat sosialisasi PHBS kepada masyarakat Indonesia.


Informasi lain seputar kegiatan GHBS dapat dilihat melalui fanpage kami di Facebook : Gerakan Hidup Bersih dan Sehat